Puisi Sunardi KS
Sebuah Bangku di Taman
sebuah bangku taman di kota
terlalu banyak mencatat
terlalu banyak mengingat
sudah berapa pantat datang
sudah berapa sering menduduki dan pergi
yang paling gampang dipahami
setiap sisa sepertiga malam
orang yang itu-itu juga
menggelosoh di atasnya
yang paling gamang dipahami
ia bukan kursi
sehingga gampang merasa sepi
***
Kursi Bapak
kursi bapak tidur di gudang
setiap lewat tengah malam
terdengar dengkurnya
ibu selalu menyelimuti
sesekali terdengar berbincang
selimutnya sering dicuci ibu sendiri
dengan hati-ahti
atau memang ibu kian melemah kegesitannya
tetapi tak pernah menyuruh sesiapa
kursi itu
ibu tak pernah mengira-ngira
disuka anak-anaknya atau tidak
kursi itu
ibu tentu tahu
dulu bapak amat suka
kursi di gudang
selain bapak juga banyak orang yang suka
***
Di Hadapan Ki Dalang
seandainya kutahu gamblang
mimik dan gerak bibir ki dalang
yang kuyakin tak akan hidup wayang-wayang
tak akan ada bayang
cerita bagai buih mengambang
aku jadi suntuk mengusir kantuk
menanti perang kembang
diiringi hentakan kendang
dan sayup tembang
kunanti adegan goro-goro
muncul semar, gareng, petruk, bagong
yang gemar kiri-kanan disenggol
dan tak ada kepalan tangan
dan tak ada kakunya kuping
tak ada piring terbanting
hanya terdengar tepuk tangan
dan suara cekikikan
bahkan dalang
sering terdengar suaranya mengumandang
di balik layar
narasi yang samar-samar
***
Sunardi KS lahir di Mayong, Jepara, Jawa Tengah.
Tulisan-tulisannya berupa puisi, cerpen, esai, baik
berbahasa Jawa maupun Indonesia, pernah dimuat
di berbagai media. Buku kumpulan geguritannya
berjudul Wegah Dadi Semar (2012). Kini masih
bermukim di Jepara bersama istri dan kedua putrinya.