Puisi-puisi Sultan Musa
MEREKAM KISAH ANAGATA
: alam dan manusia
cerita apa yang berteduh
ketika hangat kisah
teriknya menyerap gelisah
kepada kering jiwa nasihat
menatap jeritan sukma mendebat
di mana gaung-gaung kepedulian itu?
tanpa tular nalar
menemukan musuh terbesar
bara pikiran tersiar
retak bersama lelah
…dari apa yang dialami
…dari apa yang dilihat
…dari apa yang didengar
dan, sebagaimana pendusta
menutup hati atas suara
kebaikan-kebaikan itu
bait alam memberi makna
merakit sisi menarik dari manusia
meneroka saling memaafkan dan memelihara
disanalah mereka bertemu…
membaca peristiwa, fenomena demi fenomena
menulis cerita, kejadian demi kejadian
….lukisan mereka hari ini
ibarat percakapan di tepi kolam
di mana alam dan manusia terhubung
selain dalam telusur kehidupan
bukankah begitu?
jika tidak, tak apa…
sebelum mereka menghabiskan waktu
untuk menemukan jalan kembali
semoga mereka bisa mendengar suara ini
tak ada yang lebih berbahaya selain kabar alam
dari letihnya kerusakan
“alam lupa jiwa, saat manusia belum siap”
#2023
TARIAN KATA – KATA DINGIN
: Chairil Anwar
kepada titik kehidupan
terus mengeja kejujuran
menghampar sekelumit kesempatan
berikan jejak ruang menorehkan
kepada titik kehadiran
menguak luas ketenangan
berdenting semua beriringan
sedekat melangkah harapan
kepada titik kehilangan
merambah maju atas kelemahan
bergeming semua keinginan
sejauh membasuh kekhawatiran
Pada bait-baitmu ada angin santun menyapa,
meski tinta itu telah terkapar
Pada doa-doamu ada cahaya bertaut menjelma,
meski janji itu telah tersungkur
Atas tarian kata-kata dinginmu:
menabuh antara abadi dan fana,
sejuknya perjalanan panjang ke rahim larik
#2022
MENGAYUH HURUF-HURUF DINGIN
Puisiku terus bermain,
bersama huruf-huruf dingin
seperti menganyuh sampan
kutarik lurus sebuah perjalanan
Huruf-huruf dingin,
hanyut menari dengan doa
bergerak lugas
ke otakku
Huruf-huruf dingin,
menyelinap tenang bersama damai
berharap balas
di kepalaku
Bersama puisi segalanya merekah
bertumbuh selaras kisah
perjalanan menuju ke rumah
dan kutemukan sisi doa serta damai yang menengadah
Entah, berapa jauh akan melangkah…!
#2021
Sultan Musa berasal dari Samarinda, Kalimantan Timur. Tulisannya terpublikasi di berbagai platform, baik media daring maupun luring. Beberapa karyanya masuk pada antologi bersama penyair, baik skala nasional maupun internasional. Antologi Puisi Penyair Dunia “Wangian Kembang: Antologi Puisi Sempena Konvesyen Penyair Dunia-KONPEN” digagas oleh Persatuan Penyair Malaysia (2018), Antologi Puisi “Negeri Serumpun” Khas Sempena Pertemuan Dunia Melayu GAPENA & MBMKB (2020), “La Antologia De Poesia Cultural Argentina–Indonesia“ Antologi Puisi Budaya Argentina-Indonesia (2021). Antologi Puisi “Cakrawala Islam” MAIK-Majlis Agama Islam dan Adat Istiadat Melayu Kelantan, Malaysia (2022), Festival Sastra Internasional Gunung Bintan-Jazirah (2019, 2020, 2021, dan 2022), serta HOMAGI-International Literary Magazine. Karyanya pun tercatat pada buku “Apa & Siapa Penyair Indonesia-Yayasan Hari Puisi Indonesia” Jakarta 2017. Karya tunggalnya bertajuk TITIK KOMA (2021) masuk nominasi Buku Puisi Unggulan versi Penghargaan Sastra 2021 yang ditaja Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan Timur. Ia dapat dihubungi melalui akun Instagram: @sultanmusa97.