Puisi Beni Setia
Jurnal Sangkuriang
- in memoriam attat djuhara
1
setelah perjalanan 12 jam, dengan kereta:,
menyeberangi jembatan dan pelan melaku
di sisi barat palung sungai citarum. arah selatan
dasar kering inti danau bandung purba. bersarang
di dalam kepundan gunung sunda. di masa lampau
perlahan merayap ke soreang, ke satu
dunia masa lalu, di fyord antar bukit,
teluk-teluk yang selalu hangat dalam ingatan
2
di jajaran selatan, yang memanjang ke arah
timur, pada salah satu geger bukît itu:
ibu dikuburkan. tenang. damai di keteduhan
(sejuk) hutan bambu dan kesiur angin lembah
di sisi barat, memanjang ke utara, dan bagai
terlontar agak ke timur—menjauhinya–ada
teronggok satu bukit sunyi..sendiri. dikucilkan
terletak kuburan ayah. terpisah. sendiri.. senyap
dipisahkan oleh jalan mendaki, yang beraspal, yang
naik ke sisi perbukitan—bersatu dengan juluran dari
barat—jauh ke perkebunan teh di masa kolonial serta
tambang belerang kawah patuha. tempat dayang sumbi raib
3
di puncak bukit itu, di tempat masa kecil tumbuh,
di bawah rimbun pohon bringin, di atäs hamparan
ladang dipusokan, bukaan lahan, dan lädang bambu
: aku tégak menghadap utara agak arah þimur. nun
arah sanghyang tikoro, yang entah sebelah mana
(bentangan lahar yang digerogoti di dasar. digerus
–nafsu ingin bercinta semalaman di atas perahu layar)
dan jauh di timur terpampang julangan manglayang
rentang-selonjor ujung berung, arah genangan mengering
–seberkas kerinduan, dalam ingatan, yang terbawa pergi
4
genangan banjir di ranca ekek, pada cekungan, dari
mana kereta meninggalkan kepundan gunung sunda,
sepérti rindu yang tidak kunjung tuntas—jejak yang
kekal. menyisakan tangisan bisu. danau yang mengering
ditandai bangunan beton dan bertingkat—dan jalanan
berbayar–, seperti pertanda bahwa semua itu percuma,
dan meskipun bisa púlang, bisa mudik: kita tidak bisa
menemukan genangan lagi, danau. kenangan yang kuýup
kesedihan. jadi untuk apa pulang, jadi untuk apa mudik?
5
menelusuri dasar danau yang mengering, menatap
télúk dan tanjuñg di bukit dan gunung di seberang,
di bekas kepundan gunung purba sunda yang mengering:
kesedihan memenuhi dada—kerinduan tak pernah tuntas
28/5/2020