Puisi Alexander Robert Nainggolan
Pensil Kayu
– aslan abidin
barangkali asmara seperti tulisan pensil kayu yang mudah dihapus. tapi dari cetakannya di putih kertas itu masih akan nampak relief ingatan tentang berapa peluk dan cium yang pernah terkulum. dan sesungguhnya ia paham, jika puisi tak akan bisa menahan kenangan– bahkan ketika seorang perempuan membacanya dengan tergesa. setiap kali tulisan-tulisan dari pensil kayu itu telah dihapusnya. berulang-ulang.
2021
Kali di Gigir Kantor Walikota
senja di sini begitu cepat rembes, namun arus kali di depan terasa pelan. mengalir hingga ke jantungmu. keliaran langkah orang dan kendaraan, seperti membuka rahasia kota. sebentar lagi, pijar lampu menunggu dan magrib tandang memeluk tubuh-tubuh meriang. rindu getar azan.
senja cepat habis. tanpa sempat kau tangkis. kopi terlalu cepat dingin dan aku menggambar kenangan yang masih menyisa dari tubuhmu. menempuh cahaya matahari siang dan hujan yang terlambat datang di jaketmu.
2021