Tuyul

Karya : Arif Khilwa

 

PARA PEMAIN :

  1. KARLAN
  2. KERDIL
  3. KEPIK
  4. DUKUN

 

ADEGAN I

PANGUNG BERSETTING RUANG TAMU. KETIKA BERLAHAN LAMPU MENYALA TERANG DATANG SEORANG LAKI-LAKI MEMBAWA KOTAK DUDUK DISEBUAH KURSI SAMBIL MENGHITUNG UANG DARI DALAM KOTAK. TAMPAK IA SEPERTI ORANG BINGUNG.

  1. KARLAN : Apa aku salah ngitung ya?

IA KEMBALI MENGHITUNG UANGNYA

Hitunganku tidak salah. Kenapa tiap hari jumlah uangku berkurang. Padahal kotak ini aku simpan di dalam kamar dan hanya aku saja yang tahu kalau berisi uang.

IA MENCOBA BERFIKIR SEPERTI KEBINGUNGAN, TANPA SADAR ADA SESEORANG DATANG MENGHAMPIRINYA.

  1. KERDIL : Kenapa kang? Kok kelihatanya kayak orang bingung.
  2. KARLAN : Oooalah kamu Dil, bikin orang kaget saja.
  3. KERDIL : Lha sampean plolak-plolok sambil memegang kotak kayak orang linglung gitu.
  4. KARLAN : Siapa yang linglung?
  5. KERDIL : Lha sampean Lagian yang sampean pegang itu kotak apa?
  6. KARLAN : Ooo ini. Ini ya kotak kayu biasa.
  7. KERDIL : Tak kira kotak sakti atau keramat kok sampai dipegang segitunya. Kayak ada rasa kuatir kalau aku curi saja.
  8. KARLAN : Kalau berani kamu mencuri kotak ini, aku pukuli kamu.
  9. KERDIL : Hehehe, sabar kang, santai. Gitu saja kok marah, jangan emosi. Lagian siapa yang sudi mencuri kotak seperti itu? Rugi kang, tidak ada untungnya.
  10. KARLAN : Lha kamu salah Dil, jangan lihat kotaknya tapi coba kamu lihat isinya.

SAMBIL MEMBUKA KOTAK DAN MENUNJUKKAN ISINYA

  1. KERDIL : Wih wih wih, itu uang semua kang?
  2. KARLAN : Lha iya, memangnya daun.
  3. KERDIL : Itu semua uangmu kang? Hayo uang dari mana itu kang?
  4. KARLAN : Ya jelas uangku, lha wong ada ditangankukan.
  5. KERDIL : Aku tidak percaya, sampean punya uang sebanyak itu darimana?
  6. KARLAN : Kangmasmu inikan politikus sejati, jadi jangan heran kalau saja aku ini mendadak kaya.
  7. KERDIL : O, terus itu uang dari mana?
  8. KARLAN : Begini ceritanya. Ini sebenarnya uangnya Pak Calon. Berhubung kangmasmu ini cerdas sekarang jadi uangku.
  9. KERDIL : Kok bisa.
  10. KARLAN : Aku inikan pendukung Pak Calon ditingkat ring satu bagian distribusi uang sogokan buat para pemegang kartu suara.
  11. KERDIL : Terus, apa hubungannya?
  12. KARLAN : Dasar goblok, ya jelas ada hubungannya. Karna semua data calon penerima uang itu aku yang pegang, maka sangatlah mudah untuk
  13. KERDIL : Aku kok tidak paham.
  14. KARLAN : Jelas kamu tidak paham, lha wong kamu bukan Politikus. Dengarkan baik-baik, dari jumlah 100 % data yang masuk secara riil aku lipat gandakan menjadi 2 x. Jadi jumlah uangnya juga berjumlah 2 x lipat.Yang separo aku bagikan dan yang separo aku manfaatkan,
  15. KERDIL : Oaaalah gitu kang, apa tidak berbahaya kalau ketahuan Pak Calon?.
  16. KARLAN : Tenang saja. Pak Calon tidak akan tahu kalau tidak ada yang mengkasihtahu.
  17. KERDIL : Terus, kalau ada yang kasih tahu gimana?
  18. KARLAN : Semua sudah aku antisipasi. Orang-orang yang dekat dengan Pak Calon sudah aku ajak konspirasi dan mereka dapat bagian dari rencana ini. Perlu kamu tahu, mereka itu loyal kepada uangnya bukan sama orangnya.
  19. KERDIL : Kamu memang cerdas, kang.
  20. KARLAN : Siapa dulu dong, kang Karlan.
  21. KERDIL : Tadi kok kelihatan bingung ada apa?
  22. KARLAN : Aku bingung sebabnya uang di dalam kotak ini kok setiap hari jumlahnya selalu berkurang. Padahal tidak ada yang tahu kalau dikotak ini ada uangnya, kamu sendiri juga tidak tahu kan?
  23. KERDIL : Iya jelas tidak tahu, lha wong kang Karlan itu orang yang cerdik. Apa jangan-jangan …
  24. KARLAN : Jangan-jangan apa, Dil?
  25. KERDIL : Uangnya sampean itu dicuri Tuyul.
  26. KARLAN : Zaman sekarang kok masih ada Tuyul
  27. KERDIL : Bisa saja kang. Sebab, barusan aku dengar dari teman dikampung sebelah lagi musim Tuyul. Uangnya temenku juga sering hilang, tapi sekarang katanya sudah aman semenjak ia minta bantuan sama orang
  28. KARLAN : Yang benar kamu, Dil.
  29. KERDIL : Beneran kok kang, baru saja aku dari rumahnya.
  30. KARLAN : Ooo gitu, gimana kalau kamu balik lagi kerumah temenmu dan minta tolong untuk nganterin kerumahnya orang sakti itu, biar masalahku ini cepet teratasi.
  31. KERDIL : Siap kang, tapi ya harus ada komisinya.
  32. KARLAN : Kalau soal itu beres. Kamu tidak usah khawatir.
  33. KERDIL : Siap berangkat kang.

KERDIL KEMUDIAN PERGI DAN KARLAN MASUKKEKAMARNYA.

 

ADEGAN II

KERDIL TAMPAK MONDAR-MANDIR DIRUANG TAMU

  1. KERDIL : Semoga Kepik berhasil menyakinkan mbah dukun dan mau diajak kesini, sehingga kang Karlan percaya kalau urusannya itu bisa cepat

DATANG KEPIK DAN MBAH DUKUN

  1. KEPIK : Permisi, waaah maaf kang Kerdil kita sedikit terlambat. Soalnya mbah dukun tadi harus melayani pasienya terlebih dahulu.
  2. KERDIL : Tidak apa-apa kang, monggo silahkan duduk.
  3. KEPIK : Perkenalkan kang, ini mbah Dukun yang sudah bersertifikasi dan bersertifikat SNI.

LALU KERDIL MENGULURKAN TANGANNYA UNTUK BERJABAT TANGAN DENGAN MBAH DUKUN.

  1. KERDIL : Apa sudah dijelaskan sama kang Kepik tentang maksud dan tujuan kita mbah?
  2. DUKUN : Beres kang, semua sudah diatur. Kang Kepik telah menjelaskan secara detail tentang segala hal yang terjadi, dari awal hingga dengan akhir. Aku juga sudah menyiapkan berbagai strategi dari beberapa kemungkinan.
  3. KEPIK : Kamu tidak usah khawatir. mbah dukun ini, sudah berpengalaman. Selain lulusan luar negeri juga memang spesialis dibidang itu.
  4. KERDIL : Percaya aku kang.
  5. DUKUN : Ngomong-ngomong dimana calon pasien saya?
  6. KERDIL : Maaf mbah, sebenarnya tadi kang Karlan sudah menunggu di ruangan ini, tapi mendadak perutnya sakit dan sekarang lagi ada di WC.
  7. DUKUN : Oooo begitu ya.

TAK LAMA DATANG KARLAN LANGSUNG MENYALAMI TAMUNYA

  1. KARLAN : Maaf bapak-bapak sudah lama menungguku.
  2. KEPIK : Tidak apa-apa kang. Barusan kang Kerdil telah memberi tahu kita kok.
  3. KARLAN : Baiklah kalau begitu, kita langsung saja pada pokok permasalahan. Bagaimana mbah dukun bisa membantu saya?
  4. DUKUN : Hehehe, kalau soal itu tidak usah ditanya lagi. Kalau aku tidak bias membantu anda, aku tidak akan datang kemari.
  5. KERDIL : Percayalah kang, mbah dukun ini sudah mengatur semuanya. Pokoknya semua beres.
  6. DUKUN : Betul itu, kang Karlan tidak usah khawatir. Sebab setelah mendapatkan segala informasi dari Kepik. Informasi itu telah aku jadikan data guna memperdalam kajian dan melalui investigasi yang telah aku lakukan bersama agen-agen dari dunia gaib dan lelembut, hasilnya telah mengkrucut sebuah hipotesa bahwa ada indikasi yang telah mengambil uang kang Karlan selama ini adalah Tuyul.
  7. KERDIL : Lhaaaa betulkan kang, persis seperti yang telah aku bilang.
  8. KARLAN : Terus, solusinya bagaimana?
  9. KEPIK : Tenang saja kang, soal solusi itu gampang. Mbah dukun sudah tahu harus bagaimana, tapi…
  10. KARLAN : Tapi apa?
  11. KEPIK : Ada banyak persyaratannya dan itu tidak mudah.
  12. KERDIL : Syaratnya apa?
  13. KEPIK : Syaratnya banyak, aku yakin kalian tidak akan sanggup untuk maka lebih baik kalian pasrahkan saja sama mbah dukun dan beri mentahannya saja.
  14. KARLAN : Oooo gitu, iya aku setuju.
  15. DUKUN : Kepik, kamu jangan langsung seperti itu. SARU, tidak pantes. Secara etika itu tidak baik dan bisa menjatuhkan kretibilitas saya sebagai dukun ber SNI. Siapa tahu mereka mau melakukannya.”
  16. KARLAN : Tidak apa-apa mbah, aku pasrahkan saja baiknya. Soal pembiayaan sudah saya siapkan, dari mulai biaya profesi, biaya operasional sampai bagianmu kang Kepik.
  17. DUKUN : Tapi begini kang, sebenarnya masalah sampean itu kecil. Sebab yang mengambil uang sampean itu hanya Tuyul lok Tapi beratnya itu…
  18. KERDIL : Kenapa mbah?
  19. DUKUN : Ada indikasi Tuyul lokal ini akan berkonspirasi dengan Tuyul asing.
  20. KARLAN : Bahayanya apa?
  21. DUKUN : Kalau Tuyul lokal itu mengambil uangnya hanya sedikit-sedikit. Tapi kalau Tuyul asing bisa-bisa uang sampean diangkut semua.
  22. KARLAN : Waduuuh bahaya itu mbah, bisa Kere lagi aku mbah.
  23. KERDIL : Kalau begitu, sampean harus cepat bertindak. Sebelum konspirasi itu terjadi dan kalian akan rugi besar.
  24. KARLAN : Iya mbah, aku mohon Mbah Dukun segera bertindak, soal semua syarat dan mekanismenya aku percayakan kepada sampean. Ini semua biaya yang sampean perlukan sudah aku siapkan sebagai pembiayaan awal.

SAMBIL MEMBERIKAN AMPLOP KE MBAH DUKUN

Dan ini bagianmu kang Kepik

JUGA MEMBERIKAN AMPLOK KE KEPIK.

  1. DUKUN : Baiklah, kalau begitu aku mohon pamit. Biar aku bisa cepat

mempersiapkan segalanya.

  1. KEPIK : Aku juga ikut pamit kang. Komunikasi lebih lanjut kita bisa bisa melalui telpon.
  2. KERDIL : Iyaaa silahkan, laksanakan serapi mungkin ya mbah. Aku yakin kalian mampu mengatasi permasalahan ini.
  3. DUKUN : Pasti itu, permisi.

MBAH DUKUN DAN KEPIK PERGI MENINGGALKAN PANGGUNG

  1. KARLAN : Semoga cepat teratasi ya Dil
  2. KERDIL : Santai saja kang, Sampean harus percaya itu. Karena masalah sampean sudah diatasi orang yang berkompeten. Lebih baik sampean fokus pada urusannya pekerjaan di Pak Calon, biar bisa jadi dan kita semua akan mendapatkan keuntungan.
  3. KARLAN : Baiklah Dil, kalau begitu aku pergi dulu. Aku harus mengawal basis massa pak Calon agar tetap aman.
  4. KERDIL : Bagaimana bisa aman kalau tidak ada uangnya, jaman sekarang ini tidak ada uang tidak jalan. Sedemikian juga dalam pemilihan dalam pencalonan ini.
  5. KARLAN : Semua sudah aku antisipasi, isu kampaye bersih dari politik uang harus terus disuarakan, sehingga para pemilih tak berharap untuk mendapatkan uang dalam pemilihan kali ini.
  6. KERDIL : Tapi apa mungkin itu bisa terjadi
  7. KARLAN : Kamu tenang saja, Panitia pengawas akan bener-bener mengawalnya. Apalagi mereka sudah saya kondisikan untuk mengatur semua ini.
  8. KERDIL :Sampean itu benar-benar pintar, Kang.
  9. KARLAN : Menjadi politikus sepertiku ini tak perlu pintar, hanya butuh kelicikan dan sedikit culas.
  10. KERDIL : Pantesan aku tidak bakat dibidang itu.
  11. KARLAN : Kamu itu bisanya apa, palingan hanya bisa nongkrong di warung kopi dan ngomong kesana-kemari tak jelas yang dibahas. Ya sudah, aku mau pergi dulu.
  12. KERDIL : Iya kang silahkan. Semoga sukses dan jangan lupa dengan adekmu ini.
  13. KARLAN : Iya gampanglah.

MEREKA BERDUA MENINGGALKAN PANGGUNG

ADEGAN III

RUANG TAMU TERLIHAT SEPI, TAK LAMA TERDENGAR SUARA KARLAN DARI DALAM

Tuyul kurang ajar, mereka telah mengambil semua uangku

KEMUDIAN TAMPAK KARLAN MASUK KEPANGGUNG DENGAN SEMPOYONGAN SAMBIL MEMBAWA KOTAK YANG SUDAH KOSONG.

  1. KARLAN : Tamat sudah hidupku, kerja keras, siasat, intrik dan strategi yang selama ini kulakukan agar kaya akhirnya sia-sia. Tuyuuuuuul, kenapa kamu memilih mengambil uangku. Kenapa kau tak biarkan sekali-kali aku hidup enak dan menjadi kaya?

Kalau kalian butuh uang kenapa tidak mengambil uang para Koruptur kelas kakap yang jelas uangnya banyak, kenapa kamu memilihku untuk engkau jadikan korban. Padahal aku baru kelas teri yang baru pertama kali ini memainkan aksi untuk kepentinganku sendiri.

DATANG KERDIL MENGHAMPIRI KARLAN

  1. KERDIL : Ada apa kang?
  2. KARLAN : Celaka Dil, uangku hilang semua.
  3. KERDIL : Apa, hilang? Kok bisa itu bagaimana?
  4. KARLAN : Iya Dil, ini pasti ulah si Tuyul asing seperti yang diceritakan mbah dukun kemarin itu.
  5. KERDIL : Berarti kita telah kedahuluan sama rencananya para tuyul ini kang. Bener-bener celaka, konspirasi mereka bener-bener sangat  Walau sudah diantisipasi dan dibentengi dengan segala cara masih saja mereka bisa beraksi.
  6. KARLAN : Terus bagaimana Dil, aku jadi kere Pak calon juga kalah dalam pemilihan. Aku malu hidup di daerah dil. Aku bener-bener hancur dan yang jelas ini akan berbahaya dalam kehidupanku kedepan.
  7. KERDIL :Jelas aku tidak tahu harus bagaimana, sampean tahukan kalau aku ini orang yang tidak bisa berstrategi, hidupnya hanya banyak dihabiskan di warung-warung kopi.

Rencana sampean sendiri apa?

  1. KARLAN : Aku mau kabur saja dari daerah ini, D Aku mau kerja ke kota saja di bidang lain, biar identitasku tak terlacak. Tapi masalahnya aku benar-benar tak punya uang lagi sekarang.

Padahal semua sudah kurencanakan serapi mungkin. Setelah pemilihan ini, hasilnya entah Pak Calon menang atau kalah aku akan pergi dan menikmati hasil kerjaku selama ini bersamamu di daerah lain. Tapi semua hancur dan uangku hilang, untuk beli tiket ke kota saja aku gak punya.

  1. KERDIL : Kalau ada uang untuk beli tiket apa sampean sudah yakin mau ke kota. Terus sampean mau ke kota mana dan bekerja apa? Sampean itu ahli strategi yang kerjaannya menggunakan otak tidak sepertiku yang bisanya hanya menggunakan otot.
  2. KARLAN : Iya Dil, aku yakin. Aku juga belum tahu harus kerja apa, yang penting sekarang aku kabur dulu dan pergi ke ibu kota.
  3. KERDIL : Ini kang, pakai uang ini.

SAMBIL MENGULURKAS UANG KEPADA KARLAN YANG DIAMBIL DARI SAKU CELANANYA

Sampean masih ingatkan, kemarin itu sampean kasih aku uang yang jumlahnya banyak dan uang ini belum aku pakai. Sekarang sampean pakai saja.

  1. KARLAN : Betul ini Dil, apa tidak kamu buat kebutuhanmu, aku tahu kamu sangat membutuhkan uang ini.
  2. KERDIL : Sudah tenang saja kang, sampean lebih membutuhkan. Pakai saja kang, toh itu juga asalnya uangmu juga. Aku akan tetap didaerah ini, selama aku hidup di daerah seperti disini aku akan aman dalam memenuhi kebutuhan hidupku, memang aku tidak akan bisa kaya tapi aku akan bisa hidup dan memenuhi kebutuhan hidupku. Aku bisa bekerja sebagai buruh tani dan banyak pekerjaan lainnya yang bisa aku kerjakan dengan ototku ini.
  3. KARLAN : Terima kasih Dil, walaupun tidak saudara kandung kamu adalah saudaraku yang terbaik. Kamu rela berkorban untukku, aku sangat berterima kasih padamu, dil.

Sekarang aku akan cari tiket dulu biar besok bisa langsung berangakat kekota.

  1. KERDIL : Tidak usah bicara seperti itu, sebagai keluarga sudah selakyaknya kita saling membantu satu dengan lainnya disaat ada masalah, kesusahan. Apa yang aku lakukan adalah kewajibanku sebagai seorang saudara.

Kalau mau segera beli tiket, cepat saja. Sebelum anak buahnya pak Calon mencari sampean kang.

  1. KARLAN : Baiklah, Dil. Aku pergi dulu dil.
  2. KERDIL : Iya kang, hati-hati dijalan dan harus selalu waspada.
  3. KARLAM : Tentu itu dil, setelah dapat tiket aku tidak akan balik kerumah ini tapi aku akan sembunyi sampai besok saat pemberangkatan bus. Tolong kalau ada orang yang mencariku, bilang saja aku telah pergi entah kemana.
  4. KERDIL : Beres kang, semua akan aku atasi.

KARLAN BERGEGAS PERGI MENINGGALKAN KERDIL SENDIRI

  1. KERDIL : Kang-kang, ngakunya cerdas. Ternyata mudah sekali dibohongi. Bukannya hidup ini penuh tipu muslihat, kenapa kamu cepat percaya kalau Tuyullah yang mengambil uangmu. Hahahaha

Kang, yang seharusnya berterima kasih itu aku, sebab sampean yang bersiasat dan saya yang menikamati hasilnya. Hahahaha

SAMBIL MENGIPAS-NGIPASKAN UANG YANG BEGITU BANYAK

TAMAT

Tinggalkan Balasan