Puisi Sosiawan Leak

AREK-AREK BONEK SURABAYA
SANG GARDA NEGARA

arek-arek bonek,
tanpa latihan, tanpa pengalaman nekat bertempur ke medan perang
berjuang demi menjaga kemerdekaan
yang hendak dirampok belanda
; berandal kolonial sekutu inggris dan nica.
bersenjata ala kadarnya
sepatu, seragam, topi baja tak pernah punya
(apalagi gaji, pangkat, dan bintang jasa)
tak perlu peleton, batalion atau kompi
tak butuh strategi serta konvensi
tak!
maka peduli setan!
mallaby, jendral panglima lawan
kautembak dari jarak dekat saat di jalanan
pistolnya kaurampas dari genggaman
mobilnya hancur berantakan
disikat granat marah jembatan merah!

arek-arek bonek surabaya,
meski musuh menuduh kau adalah biang rusuh
namun namamu tetap tercatat sebagai pahlawan teguh.

arek-arek bonek,
usai perundingan gagal di tunjungan
tanpa aba-aba, tanpa persiapan
yamato dipanjat demi menurunkan prinsenvlag
merobek birunya
lantas mengibarkannya kembali sebagai dwi warna
(sebab lupa membawa sang saka).
ploegmen, komandan netherland
yang lancang menodong residen sudirman
kaucekik hingga binasa, lunas napasnya
lantas kausambar sepeda
sebagai perisai bagi pisau serdadu lawan
yang dilempar, lolos menancap di badan.

arek-arek bonek surabaya,
meski sukma pisah dari raga
pengorbananmu sebagai kusuma negara tak kan pernah sia-sia!
serupa cak madun gugur di siola
menghadang tank sendirian
agar pasukannya terhindar dari amukan
di gentengkali menyusun barisan.

arek-arek bonek,
100 ribu pejuang, miskin senjata
sebagian besar rakyat jelata
; tukang becak, pedagang, pelaut, preman sekalian
kuli, petani serta santri
juga para pemuda kampung dan desa
bersama heiho, knil, dan peta
mencegat pasukan sekutu pemenang perang dunia
; para tentara bayaran sikh dan gurkha, inggris dan eropa
yang dibekali senapan mesin, dikawal kendaraan lapis baja,
kapal perang, berikut pesawat udara.

arek-arek bonek surabaya,
meski kotamu hancur,
16 ribu pejuang gugur, 200 ribu rakyat tergusur
dibombardir mortir
diganyang panser dan meriam
tapi aksi heroikmu telah menggetarkan lawan
kebonekanmu menyadarkan dunia
bahwa merdeka adalah hak paling asasi manusia
suluh bagi perdamaian sesama.

arek-arek bonek surabaya,
sidik dan hariyono wong jawa
bergandengan dengan warouw dan worang jong minahasa
berangkulan dengan pemuda aceh abdullah dan jong ambon sapija.

arek-arek bonek surabaya,
bersama warga pemberani lainnya
dirumat bung tomo, gubernur suryo, dan kiai hasyim asy’ari
menjelma pandu bagi ibu pertiwi.

kini, di zaman perang politik dan agama
yang mengancam kemerdekaan negara menyerang kehidupan berbangsa
mengacau kedamaian sesama
di manakah kau berada
arek-arek bonek surabaya?

solo, 2 november 2018

SALAM DAMAI DARI MENARA

mengaji menara
tak kan kau temui rumah bagi api
yang berkayu bakar iri dengki
berbara arang benci dendam
berkabut asap kepentingan

mengaji menara
ornamen lama mengukir kaki-kakinya
di badannya, relung candi menyimpan sunyi
tempat jati diri merenung sendiri.
piring-piring kiai te ling sing menghias di temboknya
20 berwarna biru bergambar masjid, manusia dan unta,
serta pohon kurma
12 lainnya merah putih lukisan bunga

mengaji menara
pilar-pilar menggambar kamar di puncaknya.
serupa meru pada para pura,
2 tajug bertumpuk, bertahta di atasnya
isyarat bagi kalimat syahadat
yang dilantunkan muazin menjelang shalat.
digenapi 4 tiang
mereka menyerukan rukun iman
kepada sang pencipta, malaikat, kitab suci, nabi
juga hari penghabisan, dan kepastian tuhan

bedug digantung melintang
dari utara ke selatan
seperti balai kul kul di pulau dewata
yang dilengkapi kentongan

mengaji menara
dua gapura bentar membabar keutamaan
yang di utara mengantar jamaah ke peshalatan
yang di selatan ziarah ke makam kanjeng sunan.
di serambi bakal kau temui
si lawang kembar paduraksa
menengadah kubah raksasa dengan 2 pengawal
berarsitektur mughal
selebihnya, para atap membentang suka cita
ada yang bergaya limasan,
datar dan lengkungan
atau mirip pelana

mengaji menara
bakal kau jumpa
5 pintu di kanan, 5 di kiri
sebagai panutan hati kepada rukun islam yang hakiki
syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji.
4 saka andalan tegak tanpa bubungan
meruncing dari empat penjuru mata angin
menjelma pajupat yang dahsyat
lima pancer menali papat kiblat
aluamah, amarah, supiyah
dan mutmainah

mengaji menara,
mengaji menara
jendela jalusi menanti
juga pintu ganda berdaun jati
bergaya eropa serta india.
mengaji menara,
mengaji menara
batu-bata tanpa perekat
digosok-gosok hingga melekat
berhias sulur-suluran, putih kecoklatan
berbahan batu alam.
mengaji menara,
mengaji menara
mimbar beranak tangga 3 tingkatan
manunggal dengan dinding bangunan
sebagaimana masjid-masjid di jawa
yang dibangun para sunan

mengaji menara,
mengaji menara
8 pancuran
dari padasan kebo gumarang
merupa asta sang hika marga
sebagai jalan kebenaran

mengaji menara
kau bakal berjumpa rumah bhinneka
tempat berteduh jawa, cina, hindu, dan budha
juga india dan hindia belanda
sebab di menara,
agama dan keyakinan berwajah kearifan
bermata kasih sayang dan berbibir cinta
hingga menjelma senyum bagi semesta
menyeru salam

salam damai dari menara!

solo, 10 maret 2020

 

Sosiawan Leak lahir di Solo tahun 1967. Menyelesaikan studi di Fisip Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta. Menulis puisi, esai, dan naskah lakon, selain aktif sebagai aktor dan sutradara teater. Diundang membaca puisi di Bremen, Pasau, Hamburg, Berlin, Seoul, Ansan City, serta di berbagai kota di Indonesia, selain tampil sebagai narasumber di sejumlah festival sastra/seni budaya di dalam dan luar negeri. Buku-buku kumpulan puisinya mendapat penghargaan sebagai buku terbaik dari Perpusakaan Nasional dan dari Yayasan Hari Puisi Indonesia. Dinobatkan sebagai Tokoh Sastra Indonesia 2017 oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah. Sejak tahun 2013 menjadi koordinator nasional Gerakan Puisi Menolak Korupsi, yang menerbitan buku kumpulan puisi antikorupsi karya penyair se-Indonesia serta menggelar roadshow di berbagai kota. Dua buku terbarunya terbit sekaligus tahun ini, yakni “Rumah-Mu Tumbuh di Hati Kami” dan “Tragedi Wirabangsa”.

Tinggalkan Balasan