Kisah-Kisah Pendek Karya Ricardo Piglia

(1)

ADA seorang perempuan yang tak pernah melakukan apapun sebelum berkonsultasi dengan I Ching. Dia selalu terbayang-bayang permainan roulette dengan taruhan nyawa sang pemain.

Dengan tongkatnya, biksu itu naik ke atas bukit. Badai datang. Murid-muridnya tak mau mengikutinya.

Baginya, tokoh suci penuh teka-teki itu membantunya mengambil keputusan tertentu karena selalu ada beberapa kemungkinan yang akan terjadi. Perempuan itu tahu, kunci penentu masa depannya adalah dengan menguraikan aksi, bukan dengan memutuskannya.

Dirinya tinggal di Princeton, New Jersey. Suaminya seorang ahli biologi yang bekerja di perusahaan besar sebelum menyelesaikan program doktoralnya di Massachusetts Institute of Technology.  Sang suami melaju dari Princeton ke New York setiap hari sementara dia tetap berada di rumah, sendirian. Dia tak tahu harus melakukan apa untuk mengisi waktu kosongnya. Dia merasa dilumpuhkan oleh ketidakberdayaannya dalam mengambil suatu keputusan. Dia merasa kehidupannya bagaikan sarang semut yang hancur dan serangga itu terserak ke mana-mana.

Suatu petang, pada sebuah pesta, seseorang membicarakan I Ching dan membeberkan teori mengenai kontruksi artifisial pengalaman. Keesokan harinya perempuan itu menemukan buku tersebut di perpustakaan. Dia pikir dia tidak harus selalu berkonsultasi kepada buku I Ching untuk keputusan besar. Dia hanya akan berkonsentrasi pada rantai peristiwa lateral tak penting yang dapat menyebabkan kejadian tak terduga. Setiap pagi seorang lelaki duduk membaca koran di kafe di seberang jalan dari kampus. Haruskah dia berbicara dengannya? Buku itu mengatakan:

Sebelum pergi berperang, Sang Raja memutuskan mandi di danau besar yang bersalju. Tentaranya berkemah di tepiannya. Kabut naik ke atas perbukitan.

Perempuan itu lalu berselingkuh dengan lelaki itu selama tiga bulan. Ketika suaminya pergi ke New York pada pagi hari, dia akan berkonsultasi kepada buku itu dan mengunjungi sang kekasih, atau kekasihnya itulah yang datang berkunjung.

Suatu hari buku itu menyatakan dia harus berhenti bertemu dengan kekasihnya. Perempuan itu kukuh atas keputusannya dan mengabaikan semua argumen lelaki itu. Pada awalnya si lelaki terus-menerus meneleponnya, dan bahkan mengancamnya, tapi akhirnya menyerah. Tapi dia tetap melihat si lelaki membaca koran di kafe di seberang kampus itu.

Perempuan itu lalu mulai melakukan petualangan kecil seperti yang disarankan oleh I Ching. Dia naik bus, turun di sembarang kota, masuk ke sebuah bar dan minum-minum. Hal-hal itu membuatnya bahagia. Dia tak pernah tahu apa yang akan dilakukan selanjutnya. Suatu kali dia berpakaian dengan gaya seorang lelaki dan pergi menonton film porno di Jalan 42. Kali lain dia pergi ke tempat pijat yang dikelola beberapa perempuan. Buku itu menegaskan dirinya seorang lelaki. Seorang kesatria. Dia jadi tertarik pada tinju. Dia mengisi waktunya menonton pertandingan tinju di televisi. Suatu petang dia pergi ke gim di Madison Avenue. Di sana dia bertemu seorang petinju kelas bulu berkulit hitam, berusia 20 tahun dengan tinggi 1,6 meter dan sangat mirip seorang joki.

Akhirnya buku itu menyarankannya untuk pergi dari rumahnya. Dia menarik semua uangnya di bank, menyewa sebuah mobil dan mulai berkendara. Buku itu benar-benar mengarahkan tindakannya.

Kadang-kadang dia akan berkonsultasi ke I Ching untuk mengetahui apakah dia seharusnya berkonsultasi ke I Ching atau tidak.

 

(2)

ADA seorang psikater yang bertugas menjawab telepon untuk saluran pencegahan bunuh diri. Setiap orang memanggilnya Pak Pendeta karena dia pernah menjadi seorang pengkhotbah di Gereja Penginjil di Bronx Selatan. Dia sebenarnya psikiater dan dokter palsu; dia memakai kartu identitas dari suadara lelakinya yang telah meninggal dua tahun sebelumnya di Cincinnati. Dia membangun jaringan pelayanannya di apartemen kumuh di Jalan 32. Dia merekam semua percakapan dan tak pernah mau bertemu langsung dengan kliennya. Hampir seluruh waktunya dia habiskan untuk menerima panggilan dari lelaki dan perempuan yang putus asa yang menceritakan kisah kehidupan mereka.

Tapi itu bukan kisah hidup mereka sebenarnya. Mereka hanya bercerita mengenai satu kejadian yang, menurut mereka, jadi penyebab kejatuhan dan malapetaka mereka.

Semua kisah itu berpusar ke satu titik saja, seolah-olah mereka hanya mengalami satu hal dalam kehidupan. Itu bukanlah kegilaan, melainkan ujung atau batas kemampuan mereka untuk berpura-pura. Mereka membayar tiga dolar untuk panggilan telepon selama lima menit. Kegilaan tak pernah bisa diceritakan.

Mereka bercerita kepadanya bahwa mereka sendirian, sengsara; bahwa mereka telah kehilangan istri, pencandu alkohol, pencandu alkohol yang baru sembuh; bahwa dia pria impoten; bahwa dia seorang perempuan yang tak mengambil kesempatan untuk pergi ke Miami ketika berusia 20 tahun dan sekarang bahkan takut keluar rumah; bahwa mereka kehabisan obat, mereka memakai narkoba; bahwa dia seorang perempuan yang telanjang saat menelepon; bahwa dia perempuan yang mendengar suara-suara yang memberikan perintah bertentangan; bahwa dia lelaki yang disebut pembasmi oleh orang-orang; bahwa dia perempuan yang menegaskan dirinya sebagai cucu sah Friedrich Nietzsche; bahwa seorang tetangga membaca pikirannya dan benar-benar memengaruhi kehidupannya; bahwa dia telah berada di klinik psikiatri bersama Rocky Graziano; bahwa orang-orang telah memotong salah satu lengannya; bahwa dia telah dua kali dia meninggal.

Dia mendengarkan rekaman itu berulang kali, rupa-rupa cerita perkotaan. Dia jadi terobsesi untuk menggali rahasia cerita kota New York.

 

(3)

ADA seorang narapidana yang baru saja keluar dari penjara. Satu-satunya dunia yang dia tahu hanyalah dunia di dalam penjara. Kali pertama dia masuk saat berusia enam belas tahun. Saat itu rasanya tak mungkin dia akan mampu bertahan sebagai terpidana dengan masa hukuman lama di suatu penjara di Amerika Utara. Fantasi tentang dunia bebas yang diciptakan seorang narapidana dalam waktu lama menjadi tidak bisa dibedakan lagi dari apa dia ketahui secara pasti mengenai dunia bebas itu.

Dia anggap dirinya narapidana didikan Negara; dengan kata lain, dia narapidana yang telah diajar oleh lembaga pemasyarakatan. Pendidikan ala penjara yang menyeluruh dan sistematis: fisik, otak, psikis, moral, filosofis, binaragawi, optikal, seksual. Mereka mengajarkan hubungan baru dengan waktu, hubungan yang berbeda dengan bahasa dan kepatuhan. Penjara dengan keamanan tinggi di Amerika Serikat adalah lembaga superkompleks. Mereka menjadikan para psikopat dan para informan harus tinggal bersama orang-orang yang putus asa dan tak berdaya. Mereka tahu bahwa orang yang lemah akan menjadi budak, budak yang akan menjadi robot penuh ketakutan. Mereka ingin melihat apa yang terjadi pada jiwa-jiwa pemberontak yang mengalami tekanan ekstrem.

Dalam kehampaan waktu tanpa masa depan itu di dalam penjara, satu-satunya yang bisa dilakukan seseorang adalah berpikir. Pemikiran bisa berkembang sepenuhnya dalam keheningan, begitulah dia sebelumnya berpikir. Pemikiran dalam kesunyian dapat berkembang sampai tak terhingga.

Sekarang dia berpikir bahwa tak ada pikiran tanpa bahasa. Dia berpikir bahwa semua pemikiran dapat dimanfaatkan untuk memusnahkan eksistensi seseorang. Dia sering sekali berpikir bahwa sebenarnya dia sudah lama mati.

Di dalam penjara tak ada koneksi ke dunia luar selain keberisikan televisi yang dinyalakan setiap jam untuk seluruh penjara. Di luar penjara dia merasa bahwa gelombang suara pada kenyataannya tidak benar-benar sinkron. Seolah-olah seseorang mencoba memberitahukan sesuatu yang tidak dia mengerti.

Semua hal memiliki banyak makna; hubungan antara peristiwa satu dan lainnya begitu berlebihan. Dia mencoba hanya menguraikan pesan yang langsung ditujukan secara pribadi kepadanya.

Dia ingin pergi ke New York tetapi tak ingin menempuh rute yang langsung. Dia membiarkan dirinya diarahkan oleh intuisi mendadak, pergi tak tentu arah dari satu tempat ke tempat lain. Dia bepergian dengan mobil sewaan atau dengan bus Greyhound, dan menginap di motel di pinggiran jalan. Dia berinteraksi dengan lelaki dan perempuan yang dia temui di stasiun dan di bar.

Kepada mereka tak pernah dia beri tahu bahwa separuh hidupnya telah dia habiskan di dalam penjara. Tatapannya yang sedingin es dan keramahannya yang berlebihan menimbulkan sensasi yang aneh dan memesona. Dia seperti manusia tanpa masa lalu, tanpa sejarah, seperti manusia dari planet lain, seolah-olah dia melihat segalanya untuk kali pertama.

Setiap saat dia menceritakan kisah yang berbeda. Kadang-kadang dia bercerita bahwa dirinya baru saja keluar dari rumah sakit. Terkadang pula dia mengatakan bahwa dia pernah tinggal di Meksiko. Dia berbicara dengan kalimat dalam kala kini, dan kala lampau untuk menyebut orang-orang yang pernah berada di dalam penjara. Dia tahu bahwa dirinya diawasi, dia tidak percaya pada suatu kebetulan atau sesuatu yang terjadi secara acak. Setiap peristiwa saling berhubungan; selalu ada penyebabnya.

Suatu sore di sebuah bar dia bertemu dengan seorang lelaki. Si lelaki mengajaknya melanjutkan perjalanan. Lelaki itu menuju ke Timur karena ingin bergabung dengan angkatan darat. Mantan narapidana itu jadi mencurigainya. Dia anggap si lelaki telah mengenalinya dan akan menyerahkan kembali ke penjara. Ketika mereka meninggalkan bar, di selokan dekat rel, dia menikam si lelaki sampai mati. Pada malam yang sama dia ke kasino. Telah lama dia berhubungan dengan dunia hitam dan perjudian. Dulu ketika dia bebas, dia akan pergi mencari orang tak dikenal yang kematiannya akan membuat dirinya menang judi. Malam itu dia menang lima ribu dolar dalam permainan Punto y Banca.

Setelah itu dia menelepon ke New York. Secara anonim dia menelepon layanan telepon pencegah bunuh diri. Dia tak menyebut jatidirinya, atau tempat keberadaannya, tapi dia menceritakan kebenaran. Dia baru saja keluar dari penjara, telah membunuh seorang lelaki, telah menang di kasino, dan sedang menuju ke New York untuk menemui saudara lelakinya.

 

(4)

ADA pencandu alkohol dalam pemulihan yang selalu pergi malam-malam untuk mencuri dari rumah teman-temannya. Dia tahu rutinitas mereka dan dia tahu sistem keamanan rumah mereka. Dia membongkar pintu atau jendela, atau jendela dan pintu, dan masuk ketika teman-temannya sedang keluar. Dia suka ke ruangan yang sudah dikenalnya, mengobrak-abrik perabotan dan laci rahasia. Dia akan mengambil semua uang yang ada. Benda-benda curian lain dia simpan di ruang bawah tanah rumahnya. Keesokan harinya teman-temannya akan meneleponnya untuk memberi tahu bahwa mereka mengalami perampokan.

 

(5)

ADA seorang perempuan yang mengira putrinya bukan anak kandungnya. Putri kandungnya mati saat dilahirkan. Dia yakin bayi itu lahir mati karena pada enam bulan dalam kandungan, si jabang bayi sudah berhenti bergerak-gerak. Suaminya telah menghantam dirinya (“tanpa sengaja!”) dengan pintu kamar mandi, di bagian perut, saat lelaki itu masuk. Kelahirannya harus dengan operasi caesar. Mereka menukar yang mati dengan bayi perempuan lain yang sekarang menjadi putrinya. Dia mencintainya tapi dia bukan miliknya. Mungkin suaminya memiliki anak perempuan itu dengan wanita lain. Suaminya harus membunuh bayi yang dikandung istrinya, untuk menyelamatkan bayi dari perempuan lain. Dia telah tahu suaminya memiliki kekasih. Seorang perempuan menghubunginya lewat telepon. Dia tidak mengatakan apapun agar suaminya tidak mengambil putri palsu itu darinya.

 

(6)

ADA seorang perempuan di Arizona yang telah menghabiskan setengah dari warisan keluarga untuk membayar penerbitan surat terbuka di semua surat kabar di negara bagian tersebut; di dalam surat itu, dia mengungkapkan keterkejutannya saat melihat penghormatan dan penghargaan dan simpati yang telah diberikan orang-orang saat kematian suaminya, seorang ilmuwan yang tiga kali hampir saja memenangkan Hadiah Nobel. Dalam surat tersebut, si perempuan mengatakan bahwa dia akhirnya terbebas dari teror yang dia derita selama hampir tiga puluh tahun karena terpaksa hidup bersama dengan lelaki gila, maniak mitos, psikopat. Untuk memberikan salah satu contoh mengenai kepribadian sang suami yang sebenarnya, perempuan itu menceritakan bahwa sang suami menyimpan arsip foto semua ilmuwan pesaingnya, atau yang berkemungkinan jadi pesaing, atau calon pesaing pada kesempatan berikutnya, dan bahwa sang suami menusuk mata mereka dengan jarum platinum yang sangat kecil, yang dia lakukan sendiri di laboratoriumnya pada malam hari, dengan tujuan menggagalkan penelitian mereka, melukai mereka, membutakan mata mereka dan mencegah mereka melampaui dirinya dalam persaingan untuk memenangkan Hadiah Nobel untuk fisika.

 

(7)

ADA seorang perempuan yang menuliskan nama dan nomor teleponnya di toilet pria di bar. Dia akan pergi ke bar pagi-pagi sekali untuk agar kecil kemungkinan dirinya terketahui. Dia menerima tiga atau empat panggilan per hari.

 

(8)

ADA seorang perempuan yang menulis catatan anonim kepada suaminya yang berisi kebenaran tentang kehidupannya. Yang mengejutkan adalah sang suami tak pernah memberi tahu istrinya bahwa dia menerima catatan rahasia itu. (*)

 

Catatan:

“Kisah-Kisah Pendek” diterjemahkan oleh Saroni Asikin dari “Brief Stories” karya Ricardo Piglia yang merupakan terjemahan bahasa Inggris oleh Sergio Waisman dan dimuat dalam wordswithoutborders.org edisi Februari 2014. Cerpen dinukil dari kumpulan cerita pendek bertajuk Prisión Perpetua karya Ricardo Figlia terbitan Editorial Sudamericana, Buenos Aires, Argentina (1988).

Tinggalkan Balasan